Pahlawan Sampah
Oleh: Prama Widayat
Bukan cerita baru jika kita berbicara masalah sampah, ini masalah turun-temurun yang diwariskan dari generasi ke generasi. Namun yang membuat kita miris adalah apatisme di kalangan masyarakat dalam menjaga lingkungan dari sampah, terkadang mereka yang berpendidikan tinggipun belum tentu sadar dengan bahaya sampah terutama sampah plastik. Akumulasi dari rendahnya kepedulian masyarakat terhadap pencemaran lingkungan dari sampah plastik adalah kematian seekor Paus Sperma sepanjang 9,5 meter di Perairan Pulau Kpaota Taman Nasional Wakatobi Sulawesi Tenggara pada bulan November 2018, dimana di dalam perut ikan paus tersebut ditemukan 5,9 kg sampah plastik yang terdiri dari penutup galon, botol plastik, tali rafia, sobekan terpal, botol parfum, sandal jepit, kantong kresek, piring plastik, gelas plastik dan jaring.
Kematian ikan paus yang memakan sampah plastik bukan hanya terjadi di Indonesia tetapi juga terjadi di berbagai negara, seperti kematian seekor Paus Pilot di bagian Selatan Thailand pada Mei 2018 yang menelan 80 kg sampah. Filipina pada bulan Maret 2019, paus tersebut mati dengan 40 kg sampah di dalam perut, terdiri dari 16 kg karung plastik dan 4 kg plastik perkebunan pisang dan beberapa tas belanja (detik, 19/03/2019). Selanjutnya April 2019 di sebuah pantai Porto Cervo Kawasan Cagar Budaya Pelagos di Sardinia Italia juga ditemukan seekor paus mati dengan 40 kg sampah plastik seperti kabel listrik, piring plastik, kantong plastik, jaring pancing dan plastik bungkus deterjen (Mongabay, 02/04/2019).
Ini hanyalah sepenggal kisah dampak dari sampah plastik yang mengganggu ekosistem dunia termasuk Indonesia, karena Indonesia masuk urutan kedua penghasil sampah plastik kelautan sebesar 3,2 juta ton, sedangkan urutan pertama ditempati China dengan 8,8 juta ton, urutan ketiga Vietnam dengan 1,8 juta ton, keempat Filipina dengan 1,8 juta ton dan kelima Sri Lanka dengan 1,6 juta ton.
Kepedulian masal
Menjaga lingkungan dari bahaya sampah plastik bukan menjadi tanggung jawab instansi pemerintah semata, bukan juga tanggung jawab lembaga pendidikan tetapi kepedulian setiap individu untuk menjaga lingkungan yang dimulai ditempat tinggal karena ini adalah langkah nyata untuk menyelamatkan lingkungan dari gangguan ekosistem akibat pencemaran sampah plastik, jika sampah-sampah plastik dibuang kelautan maka 10 tahun kedepan jumlah sampah plastik akan meningkat 5 kali lipat. Padahal manusia sebagian besar tergantung pada laut kehidupan ekosistem laut, berapa banyak ikan yang akan mati akibat pencemaran yang terjadi dari limbah sampah plastik tersebut.
Belum lagi sampah yang ada di daratan yang kebanyakan dibakar oleh manusia karena ini dianggap solusi untuk mengurangi tumpukan sampah plastik, sebagaimana yang disampaikan oleh Scientific America bahwa sekitar 40 persen limbah atau setara dengan 1,1 miliar ton sampah di dunia dibakar di tempat terbuka. Membakar sampah bukanlah solusi karena asap pembakaran mengandung bahan yang berbahaya, menurut US Environmental Protection Agency bahwa Karbon Monoksida dan Formaldehida (Formalin) merupakan dua zat utama hasil pembakaran yang banyak memicu penyakit pernapasan.
Jadilah Teladan
Kita sebagai bangsa Indonesia yang dikenal dengan semboyan gotong-royongnya sudah seyogyanya menghidupkan kembali semangat gotong-royong tersebut, terutama dalam menyambut Hari Pahlawan 10 November maka inilah momentum yang bisa dimanfaatkan untuk menjadikan diri kita sendiri sebagai teladan. Jadilah pahlawan sampah yang artinya menjadi pribadi yang peduli dengan lingkungan dan menjaganya dari sikap membuang sampah sembarangan, karena banyak hal yang bisa kita lakukan untuk menghindari pembuangan sampah plastik yang semakin hari jumlahnya makin memprihatinkan karena saat ini Indonesia sedang mengalami darurat sampah plastik di mana 65,8 juta ton sampah per tahun dan 7,2 juta ton merupakan sampah plastik. Setiap kita menghasilkan 0,7 kg sampah plastik per hari (Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan).
Ada beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk menyelematkan lingkungan dari sampah plastik yaitu jangan boros dalam menggunakan perabotan rumah tanggga dan makanan, bahan-bahan botol plastik yang sudah dipakai bisa digunakan kembali seperti dijadikan pot tanaman atau tabungan, jadikan kompos jika itu sampah organik seperti potongan sayur, kulit bawang dan sejenisnya, membuang sampah pada tempat yang sudah disediakan dan jangan membakar sampah tersebut. Langkah terakhir adalah dengan mengaktifkan bank sampah minimal setingkat RW atau Kelurahan/Desa sehingga sampah tersebut akan menjadi berkah. Jika setiap individu menjadi pahlawan sampah maka pencemaran lingkungan dari bahaya sampah plastik bisa dikurangi.**
Penulis adalah Aktivis dan Dosen Universitas Lancang Kuning Pekanbaru