Berita TerbaruBerita UtamaPeristiwa

Kata Dokter, Mahasiswa Kendari yang Tewas Akibat Tembakan di Dada

CAKRAWALATODAY.COM – Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara, Randi diduga tewas terkena tembakan peluru tajam di dada kanannya.

Yudi Ashari, dokter di RSUD dr. Ismoyo (Korem), menyatakan luka yang dialami mahasiswa semester 7 asal Raha tersebut karena tembakan.

“Tapi saya tidak tahu ini karena peluru tajam atau karet sehingga dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut,” katanya kepada Tempo di RSUD Korem sore ini, Kamis, 26 September 2019.

Mahasiswa itu masuk RSUD Korem sekitar pukul 15.30 WITA dan dinyatakan meninggal 15.44 WITA. Sedangkan otopsi jenazah Randi dilakukan di RSUD Abunawas, Kota Kendari.

Yudi menerangkan Randi tiba di rumah sakit sudah dalam kondisi buruk. Terdapat luka menganga sekitar 5 sentimeter dan sedalam 10 sentimeter di dada kanan.

Tim melakukan penanganan sebanyak 5 siklus namun pasien tidak membaik. Darah mengucur deras dari luka korban.

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Yudi melanjutkan, luka menganga itu membuat udara yang menekan organ dalam, seperti pernafasan dan sebagainya. “Kan, dari lubang itu masuk udara, tidak bisa keluar dan menekan organ lain di dalam. Nama medisnya, nematorak.”

Kepala Bidang Humas Polda Sultra AKBP Hary Goldenhardt mengatakan jasad Randi dibawa ke RSUD Abunawaabu untuk diotopsi. Pemeriksaan ditangani tim dokter yang berisi dokter Abunawas, RS Bhayangkara, RSUD Korem.

Polisi: Petugas Tak Dibekali Peluru
Polda Sulawesi Tenggara menampik personelnya dituduh menembak Randi, mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo hingga tewas dalam demonstrasi di Kota Kendari, Kamis.

Kabid Humas Polda Sultra AKBP Harry Goldenhardt menyatakan personel Polri yang bertugas menjaga demonstrasi mahasiswa tak dibekali peluru, baik karet maupun tajam.

“Petugas hanya dibekali dengan pentungan dan peluru gas air mata,” katanya ketika dikonfirmasi Tempo di sekitar Kantor DPRD Sultra, Kota Kendari.

Harry memastikan setiap personil yang turun berjaga sudah diperiksa dan tidak dibekali dengan peluru karet atau peluru tajam. Polisi bertahan dan berjaga di sekeliling dari Kantor DPRD Sultra sehingga tak melakukan tindakan represif.

“Kami tidak ada yang melakukan kegiatan represif. Bisa dilihat tadi, kami hanya mengamankan di sekitar sini,” ucap Harry.

Menurut dia, sepanjang hari ini petugas Polri bertahan di dalam lingkungan Kantor DPRD. Personel pun hanya menembakkan gas air mata dan water canon ke arah massa.

“Tidak ada kegiatan di luar itu sampai sore hari ini.”

Menurut Harry situasi saat ini sudah kondusif. Personel yang diturunkan dalam demonstrasi hari ini 800 orang. Tempo melihat massa bubar setelah hari menginjak malam.**

sumber: Tempo.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button