Memotret Wajah Pekanbaru, Menggeliatkan Pelestarian Cagar Budaya
Cakrawalatoday.com — Setiap daerah memiliki sejarahnya sendiri, termasuk Kita Pekanbaru, ibu kota Provinsi Riau. Terbilang tua dengan usia 240 tahun pada 23 Juni 2024, masih banyak sisi sejarah Pekanbaru yang belum tersampaikan ke publik.
Selain itu, cukup banyak pula bukti-bukti sejarah, baik berupa bangunan, struktur, situs, kawasan maupun benda yang perlu dilestarikan dengan menjadikannya cagar budaya.
Cagar Budaya adalah warisan budaya bersifat kebendaan berupa Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, Struktur Cagar Budaya, Situs Cagar Budaya, dan Kawasan Cagar Budaya di darat dan/atau di air yang perlu dilestarikan keberadaannya karena memiliki nilai penting bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama, dan/atau kebudayaan melalui proses penetapan.
“Disebut Cagar Budaya karena telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya. Jika belum, disebut Objek Diduga Cagar Budaya (ODCB),” terang Attayaya Zam, narasumber pada kegiatan Memotret Wajah Pekanbaru. Kegiatan ini berlangsung Sabtu-Ahad (20-21 Juni 2024).
Attayaya menjelaskan pula ciri-ciri, keriteria, dan jenis-jenis cagar budaya.
Selain itu, Attayaya menyampikan pentingnya fotografi bagi cagar budaya. Ia menyebut sedikitnya ada dua fungsi foto cagar budaya, yakni untuk dokumentasi dan publikasi.
Foto-foto dokumentasi bersifat lebih realistis dengan menunjukkan keadaan sebenar dari cagar budaya dimaksud. Ia menyinggung penggunaan caya tambahan serta distorsi yang harus dihindari bagi dokumentasi. Juga editing foto seminimal mungkin.
“Tapi kalau untuk publikasi, masih dimungkinkan ada editing mayor,” ujarnya.
Sementara, penggagas acara yang juga menjadi narasumber, Shodik Purnomo, menerangkan kgiatan Memotret Wajah Pekanbaru ini adalah bagaimana kita bisa menjenguk masa lalu dari sisi cagar budaya.
“Berkembangnya Pekanbaru yang pesat ini ada perjalanan sejarahnya hingga saat ini. Ada nama dan yang sangat penting yang harus dicatat dalam perjalanan di kota ini. Peninggalan sejarahnya ini salah satunya yang kita jenguk. Dan melalui foto dan narasi akhirnya publik banyak tau bagaimana perjalanan pekanbaru ini. Inilah harapan besarnya,” ungkap Shodik, Ahad (21/7) di sela-sela waktu praktik dan kunjungan peserta ke beberapa titik cagar budaya dan objek diduga cagar budaya.
Pada hari pertama, 45 peserta diperkenalkan tentang apa saja cagar budaya di Pekanbaru, dan bagaimana cara pendokumentasiannya. Shodik berharap dengan bekal ini, dan ditunjang teori-teori dasar semoga dapat menjadikan dokumentasi yang baik.
Shodik tak lupa menyampaikan terima kasih kepada Badan Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah 4 karena telah mendukung kegiatan ini.
Cagar budaya dan ODCB yang dikunjungi perserta kegiatan adalah Situs Makan Marhum Pekan, gudang garam di kawasan Pasar Bawah, bangunan bekas kedai kopi Kim Teng yang tak jauh dari gudang garam, Rumah Tenun di Lampung Bandar, serta Rumah Singgah Tuan Kadi.
“Yang bisa dijenguk anak cucu nantinya dari gambar, jika misal fisiknya telah musnah,” pungkas Shodik.**