SDN 93 Kota Pekanbaru Menuju Sekolah Adiwiyata Melalui Program Bank Sampah
Cakrawalatoday.com – Program Adiwiyata digagas sejak 2006 oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Program ini untuk mengembangkan pendidikan lingkungan hidup mulai jenjang sekolah dasar dan menengah. Berjalannya waktu, pada 2019 program Adiwiyata direvitalisasi menjadi Gerakan Peduli dan Berbudaya Lingkungan Hidup di Sekolah (PBLHS), dengan tujuan meningkatkan upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup di sekolah.
Tentunya program Adiwiyata ini perlu didukung oleh berbagai pihak, tidak hanya dari sisi pemerintah tetapi juga keinginan dari pihak sekolah itu sendiri. “Kita lihat fakta di lapangan bahwa belum semua sekolah terlibat aktif dalam program Adiwiyata sehingga perlu terus ditingkatkan partisipasi semua sekolah, dengan catatan mereka melaksanakan program Adiwiyata bukan semata-mata karena ini dinilai tetapi untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,” ungkap dosen Universitas Lancang Kuning Pekanbaru, Prama Widayat.
Menurutnya, salah satu bentuk program Adiwiyata adalah adanya pengelolaan sampah ditingkat sekolah. Hal ini bisa dilakukan dengan konsep bank sampah.
“SDN 93 Kota Pekanbaru punya keinginan untuk menjadi sekolah Adiwiyata tingkat nasional. Maka untuk mencapai hal tersebut kami, dari pihak Universitas Lancang Kuning sangat mendukung melalui Bank Sampah Universitas Lancang Kuning atau disebut Bank Sampah Unilak,” ujarnya.
Untuk mendukung SDN 93 Kota Pekanbaru menuju sekolah Adiwiyata tingkat nasional, Prama bersama tim pengabdian kepada masyarakat mendukung dari aspek pengelolaan sampah melalui bank sampah, di mana semua pihak yang ada di dalam sekolah mulai mengelola sampah dengan cara menyediakan tong sampah sesuai dengan jenisnya. Dijelaskannya, minimal terdapat 3 warna tong sampah yaitu: hijau untuk sampah organik seperti daun-daunan dan sisa makanan; kuning untuk sampah nonorganik seperti bekas botol minuman, kertas, bekas alat tulis lainnya, kantong kresek dan bekas bungkus makanan; kemudian warna merah untuk sampah berbahaya seperti tisu bekas, masker bekas, pecahan kaca, bekas botol obat, kapas bekas, dan lainnya yang sejenis.
Bank sampah SDN 93 Kota Pekanbaru perlu dibentuk oleh kepala sekolah melalui SK kepala sekolah, nantinya pengelola yang sudah ditunjuk bertugas untuk menjalankan program bank sampah. Salah satunya melakukan kontrol terhadap ketertiban pembuangan sampah sesuai dengan jenisnya. Nanti saat sore hari atau jam pulang siswa, petugas kebersihan sekolah akan memilah sampah yang ada dalam tong sampah untuk dipisahkan yang punya nilai ekonomi dan yang tidak punya nilai ekonomi.
“Sampah yang punya nilai ekonomi tersebut akan dijemput nantinya oleh bank unilak selaku bank sampah induk untuk ditimbang dan dicatat dalam buku tabungan bank sampah sekolah SDN 93 Kota Pekanbaru,” ujar Prama.
Selain itu, para siswa juga membawa sampah terpilah yang berasal dari rumah minimal 1 kali dalam seminggu, seperti setiap hari Jumat siswa membawa sampah dari rumah ke sekolah khusus yang sudah terpilah dan memiliki nilai ekonomi nantinya akan ditimbang dan dicatat oleh petugas bank sampah sekolah menjadi tabungan masing-masing siswa. Sampah organik yang ada di sekolah akan dibuatkan menjadi kompos agar bisa digunakan untuk tanaman-tanaman di sekolah.
Demikian beberapa program yang dijabarkan oleh tim dosen Unilak yang terdiri dari Prama Widayat, Ryan Pahlawan, Safrul Rajab, Sri Maryanti, dan Afred Suci untuk mendukung program Sekolah Adiwiyata di SDN 93 Kota Pekanbaru. */Rls