Dukung Dekarbonisasi, PLTS PHR Siap Beroperasi pada Q4 2023
Cakrawalatoday.com — Atap kantor-kantor sayap selatan dari Kantor Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) di Rumbai, Pekanbaru dipasangi panel Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Panel-panel itu meupakan bagian dari 64.000 panel PLTS di lahan seluas 28,16 hektare (Ha) kawasan kompleks perumahan pekerja di Rumbai, Duri, dan Dumai.
PLTS di Wilayah Kerja (WK) Rokan ini dibangun dengan tipe ground mounted dan rooftop. Dalam konsep perencanaannya, PLTS ini berkapasitas produksi 25 megawatt peak (MWp). Satuan MWp digunakan untuk menyatakan daya produksi tertinggi pada panel surya.
Pembangunan PLTS tersebut berkolaborasi dengan PT Pertamina Power Indonesia selaku Subholding Pertamina di bidang Energi Baru dan Terbarukan.
Mengutip detikcom, PLTS dibangun untuk mengurangi emisi karbon dan mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari energi baru terbarukan (EBT). Melalui pembangunan PLTS ini, WK Rokan memperoleh efisiensi sebesar US$ 5 juta.
Direktur Utama PT PHR Jaffee A Suardin menilai tenaga surya bukanlah hanya tren global. Sebab itu akan menjadi transisi enegeri hijau berkelanjutan yang nenjadi prioritas negara.
“Tenaga Surya sebagai salah satu energi baru terbarukan bukan sekedar tren global yang diadopsi di Indonesia. Transisi energi hijau yang berkelanjutan merupakan prioritas negara,” kata Jaffee, dilansir detikcom.
Jaffee memastikan PHR berpartisipasi mendukung pemerintah melalui grand strategi energi nasional mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23 persen di 2025. Bahkan mencapai net-zero emissions tahun 2060 dengan jangka menengah 29-41 persen di tahun 2030.
Sudah Mulai Beroperasi
TM Facility Engineering PGT PHR, Arief Rahman Wahidin mengungkapkan, PT Pertamina memasang Solar PV di sembilan tempat di komplek perumahan PHR WK Rokan. Masing-masing lima lokasi di Duri Camp Bengkalis, tiga lokasi di Rumbai Camp Kota Pekanbaru dan satu lokasi di Dumai Camp Kota Dumai. Total luas lahan pembangunan solar panel sekitar 28,16 hektar yang nantinya diproyeksi menghasilkan listrik 25 MWp atau energi yang dihasilkan sekitar 32,42 GWh/tahun.
“Di mana di Duri itu sekitas 17 megawatt peak, kemudian di Rumbai ini lima megawatt peak, dan di Dumai itu dua megawatt peak,” ujar Arief menjawab Cakrawalatoday saat kunjungan wartawan ke kawasan panel surya di Rumbai, Kamis (10/8/2023).
PLTS ini dikerjakan PHR dengan mitra kerjasamanya Pertamina New & Renewable Energy (Pertamina NRE). Proyek tersebut mengoptimalkan penggunaan komponen dalam negeri sesuai dengan ketentuan pemerintah terkait tingkat komponen dalam negeri (TKDN). Di mana Indonesia memiliki keunggulan berupa lokasi geografis yang sangat berpotensi untuk energi surya.
Arif menyatakan, proyek yang di-groundbreaking pada 22 April 2023 lalu ini, sudah mulai memasuki masa masa akhir. Bahkan sebagian PLTS sudah mulai diujicoba operasionalnya. Ia berharap, semuanya selesai pada kuartal keempat (Q4) tahun ini.
“Yang mana yang sudah selesai itu, yang sudah beroperasi yang 17 megawatt peak di Duri. Harapannya yang di Rumbai ini bisa segera selesai dan beroperasi. Harapannya akhir tahun ini semuanya bisa diselesaikan dan beroperasi,” sambung Arif.
Sebelumnya, saat memberikan pemaparan tentang pembangunan dan perkembangan PLTS di WK Rokan kepada belasan jurnalis di Journey Room, Rumbai Camp, Kamis (10/8/2023), Arif menegaskan PT Pertamina dan PT PHR tidak main-main dalam membangun pembangkit listrik tenaga surya. PHR dalam hal ini bukan sekadar mengikuti tren energy terbarukan yang memang sedang dikampanyekan pemerintah, bahkan dunia.
Ia menyebut listrik 25 MWp yang dihasilkan PLTS ini jumlah yang cukup besar. Dan jika satu rumah memasang listrik dengan daya 2.200 Watt dengan daya listik yang dihasilkan PLTS PHR WK Rokan akan mampu mengaliri sekitar satu juta rumah.
“Listrik 25 megawatt peak itu kira-kira lima persen dari kebutuhan listrik PHR WK Rokan yang saat ini sekitar 500 megawatt,” ucapnya.
Dijelaskannya, sistem pembangkit tenaga surya menggunakan teknologi PV untuk menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi listrik yang dapat digunakan. Susunan sistem tenaga photovoltaic atau sistem PV mampu menghasilkan daya arus searah (DC) yang berfluktuasi sesuai intensitas sinar matahari.
“Adapun studi terkait implementasi PLTS di WK Rokan, termasuk studi pemilihan lokasi dan studi terkait dampak penetrasi PLTS terhadap kestabilan sistem kelistrikan WK Rokan serta benefit analysis telah dilakukan dan disimpulkan tidak akan mengganggu sistem kelistrikan WK Rokan. Karena itulah proyek ini laksanakan,” terang Arif.
Selain itu Arief menambahkan, agenda transisi energi ini memberikan jalan bagi Pertamina untuk meningkatkan investasi di sektor EBT. Di antaranya geothermal atau energi panas bumi yang akan dilakukan untuk peningkatan kapasitas dari 672 MW tahun 2020 menjadi 1.128 MW tahun 2026.
Menurutnya, jika PLTS PHR WK Rokan sudah selesai semua maka akan mampu memberikan banyak manfaat untuk Indonesia dan dunia. Antara lain berguna untuk pengurangan konsumsi bahan bakar gas sekitar 352 MMSCF/tahun, potensi efisiensi 8 persen Active Power (MW), 4 persen dari Reactive Power (MWAR), pengurangan emisi CO2 sekitar 23 ribu ton/tahun.
Disampaikannya pula, transisi energi ini bukan merupakan ancaman melainkan sebagai upaya untuk menekan risiko pemanasan global yang berpotensi mengancam kehidupan yang layak di masa mendatang. Transisi energi merupakan jalan menuju transformasi sektor energi global menjadi nol karbon atau dekarbonisasi.
“Transisi energi ini juga menjadi salah satu topik utama yang diangkat dalam presidensi G20 Indonesia, yang mana menjadi kesempatan emas bagi Indonesia untuk menunjukan kepada dunia atas dukungan terhadap transisi energi yang dapat dilihat lewat prototipe dan dukungan finansialnya, sehingga dapat direplikasikan dalam sejumlah program sejenis lainnya,” ungkapnya.
“Kami dari PHR mendapat amanah yang sangat besar, dan kamipun ditantang dengan target yang sangat tinggi. Di saat yang sama, kami juga merasa bangga bahwa PHR dipercaya negara sebagai wilayah kerja untuk penerapan sejumlah program perbaikan dan inovasi, di antaranya EOR dan digitalisasi. Kolaborasi dalam transisi energi ini akan menambah daftar program tersebut,” katanya.*/Abs