Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022, di Assembly Hall Jakarta Convention Centre, Provinsi DKI Jakarta, 30 November 2022
Sulit berbicara setelah Pak Gubernur BI, karena semuanya sudah diborong komplet. Ya saya hanya nambah-nambahin saja.
Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh,
Selamat pagi,
Salam sejahtera bagi kita semuanya,
Shalom,
Om swastiastu,
Namo buddhaya,
Salam kebajikan.
Yang saya hormati Ketua dan Pimpinan lembaga tinggi negara,
Yang saya hormati para Menteri Kabinet Indonesia Maju,
Yang saya hormati Gubernur Bank Indonesia beserta seluruh jajaran,
Yang Mulia Duta Besar negara-negara sahabat,
Yang saya hormati Ketua dan Pimpinan OJK, LPS,
Yang saya hormati para gubernur, bupati, wali kota yang hadir,
Bapak-Ibu tamu undangan yang berbahagia.
Dari pertemuan di G20 kemarin, bertemu dengan seluruh kepala negara, negara-negara dengan GDP terbesar di dunia, saya menyimpulkan semuanya pusing. Semuanya pusing, benar. Saya melihat kerutan wajahnya tambah semuanya, rambutnya di sini tambah putih semuanya. Dan, memang situasi global ini confirmed tidak pasti, masih tidak pasti, ruwet, complicated, sulit dihitung, sulit diprediksi. Enggak ada yang bisa menghitung memprediksi akan berada di angka berapa. Enggak jelas. Sehingga tadi, semuanya pusing.
Misalnya, satu saja, harga minyak. Siapa yang bisa menentukan? Saya tanya produsen-produsen minyak yang gede-gede, enggak bisa memprediksi. Dan akan di-cap harga minyak, lebih menyulitkan lagi mengitungnya nanti seperti apa. Oleh sebab itu, di 2023 betul-betul kita harus hati-hati dan waspada. Saya setuju bahwa kita harus optimis, tetapi tetap hati-hati dan waspada.
Yang pertama, menurut saya ekspor. Ekspor Indonesia yang tahun ini, tahun yang lalu melompat sangat tinggi sekali tapi hati-hati, tahun depan bisa menurun, karena problem di Tiongkok yang belum selesai sehingga ekonomi mereka juga turun karena policy nol COVID-19. Kemudian di Uni Eropa juga sama, pelemahan ekonomi pasti. Resesinya kapan, tinggal ditunggu saja, kita tunggu saja. Tapi, pelemahan ekonomi pasti. Di Amerika juga sama, Fed Funds Rate terus naik. Artinya itu mengerem pertumbuhan, artinya ekonominya pasti akan melemah. Ekspor kita ke sana juga gede banget, ekspor kita ke Tiongkok/Cina itu gede banget, ke Uni Eropa juga gede. Oleh sebab itu, hati-hati. Hati-hati.
Yang kedua, yang berkaitan dengan investasi. Sekarang ini trust-nya sudah kita dapat, kepercayaan itu sudah kita dapat. Tapi policy yang diikuti dengan implementasi di lapangan, pelaksanaan di lapangan bisa kita kerjakan atau tidak. Trust-nya sudah dapat, policy-nya, reformasi struktural, Undang-undang Cipta Kerja sudah, nanti keluar lagi undang-undang –masih dalam proses– untuk industri keuangan, nanti mungkin ada lagi undang-undang kesehatan yang juga akan masuk lagi. Semuanya itu me-reform kita yang itu juga dilihat bahwa kita memang ingin membangun sebuah cara-cara kerja baru, kita ingin membangun sebuah mindset baru, itulah yang menimbulkan trust dan kepercayaan terhadap kita. Tapi hati-hati, masih perlu policy-policy yang kita reform, dan perlu pelaksanaan di lapangan yang benar.
Kembali ke investasi, tidak semudah tahun 2021, tidak semudah tahun 2022, untuk nanti investasi di tahun depan. Padahal tahun yang lalu, target kita Rp900 triliun tercapai. Tahun ini Rp1.200 triliun insyaallah juga, tadi baru saja saya diberikan laporan dari Menteri Investasi, juga bisa tercapai. Tapi tahun depan Rp1.400 triliun itu juga bukan angka yang kecil, bukan angka yang kecil. Karena semua negara berebut investasi, semua negara bersaing merebut investor.
Oleh sebab itu, saya titip tadi kepada seluruh kementerian, kepada gubernur, kepada bupati, kepada wali kota, jangan sampai ada yang mempersulit, mengganggu capital inflow/arus modal masuk dalam rangka investasi ini. Karena ini menjadi salah satu kunci pertumbuhan ekonomi kita. Kenapa kita di Kuartal III ini bisa tumbuh 5,72 [persen], salah satunya terdukung oleh investasi yang masih tumbuh dengan baik. Tapi tahun depan, hati-hati, tidak mudah angka Rp1.400 triliun itu.
Yang ketiga, yang berkaitan dengan menjaga konsumsi rumah tangga. Karena PDB ekonomi kita ini sangat dipengaruhi besar sekali yang berkaitan dengan konsumsi. Ini harus sedikit demi sedikit kita ubah, agar dari konsumsi bisa masuk ke produksi yang mempengaruhi. Hati-hati mengenai pasokan pangan, hati-hati mengenai pasokan energi yang harus betul-betul kita jaga agar konsumsi rumah tangga ini tetap tumbuh dengan baik, sehingga growth kita akan sesuai dengan target yang telah kita buat.
Kembali ke investasi, yang berkaitan dengan hilirisasi itu konsisten harus terus kita lakukan. Hilirisasi nikel sudah, masuk lagi nanti hilirisasi bauksit, masuk lagi ke hilirisasi timah, masuk lagi ke hilirisasi tembaga, masuk lagi ke hilirisasi bahan-bahan mentah kita semuanya, karena di sinilah kunci.
Saya berikan contoh, Maluku Utara. Ada Gubernur Maluku Utara? Hati-hati, Gubernur. Hati-hati Maluku Utara, hati-hati. Hati-hati, jangan main-main, karena pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara itu 27 persen. Pertumbuhan ekonominya itu sudah tinggi sekali, paling tinggi di dunia, di Maluku Utara itu. Enggak percaya? Cek, mana ada pertumbuhan ekonomi sebuah provinsi 27 persen. Karena apa? Lompatan itu karena apa? Karena hilirisasi. Di situ ada industri smelter, yang nanti ini akan tumbuh lagi kalau smelter di sana tambah industri yang turunan-turunan dari nikel itu semua bisa dikerjakan di Maluku Utara. Oleh sebab itu saya titip, hati-hati. Bukan hati-hati enggak baik. Sudah baik, tapi hati-hati jangan menjadi enggak baik.
Dan, yang bagus lagi di Maluku Utara itu waktu saya ke Ternate sebulan yang lalu, saya cek di pasar harga-harga itu sangat stabil. Saya cek ke BI, berapa sih inflasi di Maluku Utara, 3,3 persen. Bagaimana enggak senang rakyatnya inflasi hanya 3,3 persen, pertumbuhan ekonominya 27 persen. Sehingga saya titip tadi kepada Gubernur, hati-hati, jangan sampai salah policy sehingga investasi yang masuk ke sana menjadi terhambat. Dan kalau sudah seperti itu, ada survei, baru saja saya baca survei, semua provinsi disurvei, paling bahagia di Maluku Utara. Oh, itu Pak Gubernur mau saya marahin ternyata di sini. Yang paling bahagia itu di Maluku Utara. Karena ya angkanya jelas 27 persen growth, inflasi 3,3 persen, karena mungkin gubernurnya ustad. Karena Pak Gub ini kan tenang, enggak pernah bicara, tapi tahu-tahu 27 persen.
Artinya apa? Infrastruktur yang telah kita bangun di luar Jawa ini memberikan pengaruh yang besar kepada titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa. Infrastruktur yang kita bangun itu menambah titik-titik pertumbuhan ekonomi baru di luar Jawa. Ada Mandalika itu titik pertumbuhan ekonomi baru untuk pariwisata, Mandalika. Labuan Bajo itu titik pertumbuhan ekonomi baru untuk pariwisata. Kalau nanti sudah normal dan policy di NTT benar, Labuan Bajo itu akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi baru. Di Morowali ini sama, akan menjadi titik pertumbuhan ekonomi negara kita.
Dan, tadi saya mendapatkan laporan bahwa sekarang investasi di luar Jawa itu sudah lebih besar dari Pulau Jawa. Dulu biasanya angkanya 70:30, Jawa 70, luar Jawa 30. Sekarang luar Jawa sudah 53 persen, luar Jawa sudah 53 persen. Inilah menurut saya, keberhasilan membangun infrastruktur yang diikuti menumbuhkan titik-titik pertumbuhan ekonomi baru dan diikuti oleh investasi yang menuju ke luar Jawa.
Saya rasa itu saja yang ingin saya sampaikan, karena tadi semuanya sudah disampaikan oleh Pak Gubernur. Kita semuanya harus optimis tahun depan tetapi tetap harus hati-hati, harus waspada setiap membuat policy, fiskal moneter harus selalu berbicara, harus selalu berdampingan sehingga semua policy yang ada itu betul-betul bermanfaat bagi rakyat dan negara.
Terima kasih,
Saya tutup.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
The post Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2022, di Assembly Hall Jakarta Convention Centre, Provinsi DKI Jakarta, 30 November 2022 appeared first on Sekretariat Kabinet Republik Indonesia.