Ada 20.000 Mahasiswa Jurusan Kesehatan Gagal Wisuda Setiap Tahun
Cakrawalatoday.com – Mahasiswa yang berkuliah di jurusan keperawatan, farmasi, dan jurusan kesehatan lainnya, diwajibkan Pemerintah untuk lulus Uji Kompetensi (Ukom). Sistem ujian ini disebut sebagai exit exam. Jika tidak lulus Ukom, maka mahasiswa belum bisa dinyatakan lulus dari kampus. Mirip dengan Ujian Nasional di tingkat sekolah.
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur (CMO) Sentra Vidya Utama (SEVIMA) Ridho Irawan saat menggelar Webinar bersama Ketua Asosiasi Poltekkes se-Indonesia Budi Susatia. Ridho juga menyebutkan bahwa jumlah mahasiswa yang gagal diwisuda akibat Ukom tidaklah sedikit. Merujuk dari data Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, terdapat sekitar 20.000 mahasiswa jurusan kesehatan yang gagal wisuda setiap periode Ukom digelar.
“Angka tersebut didapat dari data Ditjen Dikti bahwa setiap periode Ukom di tahun 2019, terdapat 40 sampai 60 ribu mahasiswa yang ikut sebagai peserta, dan setiap periode Ukom memiliki tingkat kelulusan antara 60 sampai 64 persen. Artinya, ada 20.000 mahasiswa kesehatan yang gagal lulus hanya karena Ukom. Padahal mereka sudah kuliah bertahun-tahun dengan tenaga dan uang yang tidak sedikit. Pengabdian mereka setelah lulus juga sangat dibutuhkan untuk menangani pandemi Covid-19 ini,” lanjut Ridho pada Webinar yang digelar pada Selasa (16/11) sore dan diikuti oleh 900 pimpinan kampus kesehatan se-Indonesia.
Kenapa Tidak Lulus?
Ada setidaknya tiga masalah yang menghadang kelulusan para mahasiswa kesehatan dalam Ukom. Pertama, mahasiswa belum menguasai materi sehingga dinyatakan tidak lulus. Kedua, ketika kampus mendaftarkan mahasiswa mengikuti Ukom, ada mahasiswa yang dinyatakan tidak memenuhi syarat karena datanya di Pangkalan Data Pendidikan Tinggi (PDDikti) tidak ada atau tidak lengkap. Dan ketiga, data yang tidak lengkap membuat ijazah (Penomoran Ijazah Nasional) tidak bisa diterbitkan.
Akibat dari ketidaklulusan Ukom bisa fatal. Budi Susatia mengungapkan, mahasiswa yang tidak lulus Ukom harus mengikuti ulang ujian di tahun berikutnya. Artinya, wisuda juga akan tertunda sampai berikutnya.
Ketika jumlah mahasiswa yang tidak lulus Ukom cukup banyak, nama kampus juga bisa menjadi buruk. Karena dianggap kampus tidak bisa mendidik para mahasiswanya dengan baik.
“(Jika tidak lulus Ukom, maka mahasiswa) meambah lagi kuliah selama satu tahun. Untuk mengikuti retake (ujian ulang). Bahkan berdasarkan pengalaman kami, mereka yang mengulang ujian, punya kecenderungan untuk gagal lagi di kesempatan kedua dan ketiga. Karena mereka sudah lelah, minder, motivasinya nggak ada,” jelas Budi Susatia yang juga menjabat sebagai Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang.
Ada beberapa strategi yang telah diterapkan Budi selaku Ketua Asosiasi dan par untuk membekali mahasiswanya sukses dalam mengikuti Ukom. Yaitu, siapkan strategi belajar mengajar Ukom, lakukan persiapan matang, serta kampus dan mahasiswa perlu berkomitmen.
“Untuk lebih menyiapkan mahasiswa sukses Ukom, tahapan strategi ini dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu asesmen, diagnosis, planning, intervensi, dan evaluasi. Karena Ukom sudah dibuat berdasarkan standar yang telah ditentukan oleh Kementerian Kesehatan, jadi cocok jika pakai juga pisau analisis yang ada di dunia kesehatan,” jelasnya.
Selain strategi, perguruan tinggi juga harus menyiapkan persiapan yang matang. Persiapan ini dilakukan dari beberapa pihak. Misalnya, kampus bisa menggelar tryout dengan Ujian Berbasis Komputer (CBT). Bisa juga dengan cara mempelajari soal studi kasus dan pengalaman praktik (vignette), bukan hapalan teori semata.
“Karena Ukom ini pakai komputer (dalam melaksanakan ujiannya), kampus bisa menggunakan sistem akademik berbasis awan dan digital (Siakadcloud) yang banyak tersedia di internet. Supaya mahasiswa terbiasa ujian menggunakan komputer,” tegasnya. (Rls/Abs)