Berita TerbaruPendapat

Pemimpin dalam Persfektif Orang Melayu (Bagian 1)

Oleh: Amrizal

PEMIMPIN adalah orang yang diberi kuasa untuk memimpin dalam rangka mewujudkan kemajuan negeri dan kesejahteraan masyarakat. Untuk mencapai tujuan dimaksud, pemimpin wajib hukumnya mendahulukan kepentingan masyarakat banyak daripada kepentingan  pribadi dan kelompok. Selain itu, pemimpin mesti mempunyai kemampuan dalam menjalankan tugas dan perannya, cerdas dan berpengetahuan luas, dan berakhlak mulia.

Orang Melayu telah memberikan tempat yang khusus kepada pemimpin sebab pemimpin telah diberikan kuasa dan amanah untuk mengatur masyarakat. Dalam tunjuk ajar Melayu dikatakkan: “Yang dinamakan pemimpin, Didahulukan selangkah dan Ditinggikan seranting”.

Ungkapan “didahulukan selangkah” bermakna bahawa pemimpin diberikan tempat yang istimewa sehingga ia lebih didahulukan daripada rakyat. Ungkapan “ditinggikan seranting” juga memberikan penegasan terhadap perlunya memberikan tempat yang khusus kepada pemimpin. Pemberian tempat yang khusus kepada pemimpin menandakan bahawa orang Melayu sangat menghormati pemimpinnya sebab tugas yang diberikan kepada pemimpin sangat berat dan sangat mulia dalam memimpin rakyat.

Dalam ungkapan lain dinyatakan pula bahwa pemimpin itu “dituakan oleh orang banyak, dikemukakan oleh orang ramai”. Ungkapan ini bermakna bahwa pemimpin itu disegani sebagai orang yang mempunyai kemampuan khusus dalam menyelesaikan permasalahan. Pemimpin itu tidak mesti harus orang tua tetapi “dituakan”. Kata “dituakan” menandakan bahawa pemimpin mesti menjadi contoh bagi masyarakat. Dengan kata lain, prilaku dan perkataan pemimpin mesti selalu terjaga kerana ia akan dijadikan model oleh masyarakat. Diberikannya kedudukan yang khusus kepada pemimpin oleh rakyat menunjukkan bahwa rakyat sangat menghargai para pemimpin. Namun demikian, dibalik penghargaan itu, rakyat sebenarnya menginginkan pemimpin itu dapat berbuat baik dan amanah sehingga rakyat boleh meniru pemimpin itu.

Untuk mendapatkan pemimpin sebagaimana dimaksud, orang-orang tua Melayu dahulu merumuskan sejumlah kreteria yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin”

[1] Pemimpin Harus Banyak Tahunya

Tahu duduk pada tempatnya

Tahu tegak pada layaknya

Tahu kata yang berpangkal

Tahu kata yang berpokok

Ungkapan adat itu menggambarkan bahwa seorang pemimpin yang baik haruslah mempunyai banyak pengetahuan. Tahu bagaimana ia harus bersikap, bagaimana ia harus berfikir, bagaimana kondisi rakyatnya, dan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudahnya dalam menyelesaikan setiap permasalahan yang ada sekaligus mencegah munculnya permasalahan yang baru. Tanpa pengetahuan yang memadai, seorang pemimpin akan mengalami kesulitan untuk memecahkan permasalahan-permasalahan yang ada.

Selain itu, pengetahuan yang banyak akan menunjang pelaksanaan tugas-tugas pemimpin. Kepemimpinan hampir dapat dipastikan berjalan lancar apabila seorang pemimpin mengetahui apa yang baik untuk rakyatnya dan apa yang harus dihindari karena tidak baik untuk rakyatnya. Pemimpin akan mudah dalam memimpin apabila ia tahu apa yang harus dikerjakan dan apa yang tak boleh dilakukan. Tanpa pengetahuan, seorang pemimpin tak akan memiliki visi yang besar. Kalaupun ia memiliki visi besar, pastilah ia akan kesulitan merealisasikannya.

[2]. Pemimpin Harus Banyak Arifnya

Di dalam tinggi ia rendah

Di dalam rendah ia tinggi

Pada jauh ianya dekat

Pada yang dekat ianya jauh

Dalam tradisi Melayu terdapat pengertian yang berbeda antara arif dan bijaksana. Arif lebih merujuk kepada kemampuan pembawaan diri dalam proses sosialisasi, sedangkan bijaksana lebih mengarah kepada pengolahan pengetahuan dengan sebaik-baiknya. Karena itu, dalam tradisi Melayu seorang pemimpin akan lebih dihormati apabila ia memiki kearifan dalam bertindak. Kearifan yang dimiliki pemimpin akan menambah rasa kepercayaan rakyat bahwa ia memang benar-benar sosok yang cocok untuk memimpin.

[3]. Pemimpin Harus Banyak Bijaknya

Bijak menyukat sama papat

Bijak mengukur sama panjang

Bijak menimbang sama berat

Bijak memberi kata putus

Kebijaksanaan adalah sifat yang mutlak harus dimiliki oleh setiap pemimpin. Oleh karena itu, tradisi Melayu selalu memposisikan sifat bijak sebagai salah satu sifat utama yang harus dimiliki oleh seorang penguasa. Kebijaksanaan sangat erat kaitannya dengan ketepatan dalam mengambil keputusan. Dengan demikian, akhirnya kebijaksanaan tersebut akan bermuara pada baik atau buruknya pemerintahan yang sedang berlangsung. Tanpa kebijaksanaan, pemimpin akan mudah sekali terjerumus dalam tindakan dan keputusan yang sewenang-wenang.

[4]. Pemimpin Harus Banyak Cerdiknya

Cerdiknya mengurung dengan lidah

Cerdik mengikat dengan adat

Cerdik menyimak dengan syarak

Cerdik berunding sama sebanding

Cerdik mufakat sama setingkat

Cerdik mengalah tidak kalah

Cerdik berlapang dalam sempit

Cerdik berlayar dalam perahu bocor

Cerdik duduk tidak suntuk

Cerdik tegak tidak bersundak

Selain memiliki pengetahuan yang cukup, seorang pemimpin harus mencerminkan diri sebagai orang yang cerdik. Kecerdikan di sini dapat diartikan sebagai proses pengolahan pengetahuan yang dimiliki untuk mencapai keputusan yang paling tepat dalam menangani masalah. Sebagai seorang pemimpin, ia pasti berkutat dengan permasalahan-permasalahan yang kompleks. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah kecerdikan untuk menghasilkan solusi yang tepat. Tanpa kecerdikan, seorang pemimpin akan rentan menghasilkan kebijakan yang tidak efekif. Kebijakan yang salah atau tidak efektif tentu akan berpengaruh pada berhasil atau tidaknya suatu pemerintahan. Inilah yang menjadi alasan mengapa kecerdikan diperlukan dalam proses memimpin.

Penulis adalah Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, Riau

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button