Bukit Rimbang Baling Kampar Dinobatkan Menjadi Destinasi Wisata Favorit Riau 2019
CAKRAWALATODAY.COM, Pekanbaru – Raut wajah Bupati Kampar Catur Sugeng Susanto tampak sumringa, senyumnya memancarkan aura kebahagiaan yang tiada terkira ketika Gubernur Riau, Syamsuar menyerahkan piagam penghargaan atas penetapan kawasan Suaka Margasatwa Bukit Rimbang Baling, Kampar Kiri Hulu sebagai destinasi wisata favorit pada Anugerah Pesona Destinasi (APD) Riau ke 2 tahun 2019 yang berlangsung di areal Purna MTQ Pekanbaru, Senin (2/12/2019).
Atas prestasi itu, Catur Sugeng disaksikan Wakil Gubernur Riau, Edi Natar diundang naik keatas panggung guna menerima piagam penghargaan Pemprov Riau sekaligus uang pembinaan sebesar 20 juta rupiah.
“Terimakasih pak Syamsuar. Atas nama Pemerintah dan warga Kabupaten Kampar, saya berterimakasih sekaligus mengapresiasi kerja keras semua pihak guna memastikan kawasan suaka margasatwa bukit Rimbang dan Bukit Baling tetap terjaga habitat aslinya walaupun telah ditetapkan sebagai tempat wisata favorit Riau tahun ini. Penghargaan ini untuk kita semua, ” sebut Catur Sugeng Susanto dipanggung kehormatan.
Dikutip dari CNN Indonesia, kawasan suaka bukit Rimbang Bukit Baling di Kabupaten Kampar Riau termasuk sebagai kawasan konservasi sesuai Surat Keputusan (SK) Gubernur Riau Nomor 149/V/1982.
Daerah yang pada akhirnya dikenal dengan sebutan Bukit Rimbang Baling ini adalah satu dari delapan kawasan hutan konservasi di Riau.
Batas wilayahnya beberapa desa di Sumatera Barat. Luas kawasan ini sekitar 136 hektar lebih.
“Terdapat 12 desa dalam wilayah itu. Selama ini penduduknya terisolasi. Pada musim banjir, sebagian desa terendam. Kerap bantuan yang telah disiapkan, proses pengirimannya terkendala faktor debit air yg cukup tinggi. Aksesnya cuma satu, Sungai Subayang” jelas Catur.
Menyikapi persoalan itu, Pemda Kampar berupaya sekuat tenaga meyakinkan pemerintah pusat supaya membuka akses ke desa terisolasi dalam kawasan inti.
Cita itu menjadi harapan yg sudah lama ditunggu masyarakat kawasan Rimbang Baling.
“Ada 9 desa disitu. Seperti penduduk asli. Desa mereka dalam hutan inti, ” ungkapnya miris.
Sejak bupati Catur Sugeng Susanto dilantik, ketersediaan jalur interpretasi sudah mulai dikerjakan, baik menggunakan anggaran desa, pemda kampar, atau bantuan keuangan propinsi Riau. Luas badan jalan yg disiapkan 1,5 meter.
“Panjangnya 37 kilometer. Jalur interpretasi itu akses yg dibolehkan pada kawasan konservasi, ” sebut Catur yg juga menyebutkan bahwa Pemkab Kampar telah menggelontorkan alokasi anggaran daerah sebanyak Rp 6,6 Miliar untuk jalur interpretasi, dan bakal terus berlanjut sampai 2021.
“Saya selalu mewanti-wanti masyarakat kalau jalur interpretasi bukan untuk melancarkan aktivitas pengrusakan alam. Izin pusat tujuannya menjaga bukan malah sebaliknya”tegasnya.
Pihak dinas Pariwisata Kampar setempat mengklaim hutan Rimbang Baling menjadi spot wisata alam terbaik Riau. Eksistensinya ditopang ragam kekayaan, baik flora maupun fauna.
“Salah satunya aliran Sungai Subayang. Disitu banyak air terjun, termasuk air terjun Batu Dinding, ” sebut Zulia Dharma, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kampar.
Dari data yang ia paparkan, sedikitnya 3 ribu pengunjung telah datang ke Rimbang Baling. Mereka tidak hanya wisatawan lokal, tetapi juga mancanegara. “Paling banyak wisatawan corporate dengan tujuan menikmati susur sungai, alam dan budaya tradisional” demikian Zulia (anr)