Pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB Diperkuat, Pemprov Riau Bentuk Forum Baru
Cakrawalatoday.com — Pemerintah Provinsi (Pemprov) Riau kembali mengaktifkan kelembagaan pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil–Bukit Batu (GSK-BB) yang sempat vakum sejak 2019, dengan membentuk forum koordinasi guna memperkuat sinergi konservasi dan pemanfaatan kawasan.
Menurut Asisten II Sekretariat Daerah Provinsi (Setdaprov) Riau, M Job Kurniawan, kelembagaan pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukti Batu telah dibentuk sejak tahun 2010 dan cukup aktif hingga tahun 2019. Namun pandemi covid-19 dan perubahan struktur Pemerintah Provinsi Riau telah menyebabkan kelembagaan ini tidak aktif beberapa tahun terakhir.
“Namun Pemerintah Provinsi Riau tetap melakukan konsolidasi dengan Kementerian Kehutanan RI terutama yang terkait dengan penyelesaian beberapa permasalahan lahan di dalam area cagar biosfer tersebut,” ujar Job saat menghadiri Rapat Koordinasi Pengelolaan Cagar Biosfer GSK-BB di kantor Bappeda Riau, Rabu (17/2025).
Dijelaskannya, setelah vakum selama lima tahun, Pemerintah Provinsi Riau dengan dukungan Program ITTO merevitalisasi kelembagaan membentuk Forum Koordinasi dan Komunikasi Pengelolaan Cagar Biosfer Giam Siak Kecil Bukit Batu yang telah ditetapkan melalui Keputusan Gubernur Riau Nomor Kpts. 765/VIII/2025.
Forum ini mempunyai tugas untuk mewujudkan sinergisitas pengelolaan Cagar Biosfer sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangan seluruh instansi pemerintah dan pemangku kepentingan melalui koordinasi dan komunikasi.
“Rencana pembagian peran dan tanggung jawab dalam mengimplementasikan rencana pengelolaan yang mencakup kawasan inti, penyangga dan transisi, berupa konservasi lanskap alami dan kawasan budidaya,” terangnya.
Dalam perkembangannya sejak ditetapkan sebagai cagar biosfer pada tahun 2009, Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) telah mengalami perubahan. Berdasarkan Laporan International Coordinating Council of The Man and Biosphere Program Tahun 2023, populasi manusia di kawasan cagar biosfer telah meningkat cukup pesat akibat pengembangan hutan tanaman industri dan industri kelapa sawit di zona penyangga dan zona transisi.
Dikatakan, jumlah penduduk saat ini mencapai 120.904 jiwa, meningkat signifikan dibandingkan angka sebelumnya sekitar 40.000 jiwa pada saat tinjauan berkala pertama. Di mana sumber pendapatan utama masyarakat berasal dari pertanian karet, kelapa sawit, dan padi.
Sementara itu, Kepala Pusat Pengembangan Sosial Ekonomi Masyarakat Hutan (P2SEMH), Dodi Sumardi bekerja sama dengan ITTO menyatakan, dalam mendukung pengelolaan Cagar Biosfer GSKBB tersebut, pihaknya menjalankan program untuk peningkatan implementasi manajemen lanskap.
Program utamanya adalah mendorong Management Coordination Body (MCB) GSK-BB agar dapat berperan dengan baik sebagai motor penggerak sinergisitas pengelolaan cagar biosfer. Sebuah alat perencanaan dan monitoring program juga telah disiapkan dalam database GSK-BB.
Program utama berikutnya adalah membangun demonstrasi plot (demplot) dan bimbingan teknis untuk Kelompok Tani Hutan (KTH). Program ini akan memberikan gambaran hasil konkret dari potensi di sekitar desa yang dikembangkan, serta meningkatnya pengetahuan dan keterampilan KTH dalam mengembangkan demonstrasi plotnya.
“Ada dua aktivitas yang dilakukan, pertama membangun petak demonstrasi untuk aktivitas mata pencaharian terpilih yang sesuai dengan lokasi. Dan kedua, melatih penduduk desa untuk memiliki skill praktis dalam menerapkan aktivitas pencaharian terpilih dari hasil FGD sebelumnya, serta mengembangkan penghasilan dari hasil hutan bukan kayu,” papar Dodi.
Aktivitas pertama bertujuan untuk meningkatkan kapasitas kelompok tani dalam mengembangkan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Selain itu, produk pertanian yang berpotensi meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat juga bisa dikembangkan.
Sementara aktivitas kedua, bertujuan untuk untuk meningkatkan kapasitas (pengetahuan dan keterampilan) petani dalam kelompok pengelola demplot, termasuk petani di desa sekitar. *MCR


