Bisnis

Kabar Baik dari Bursa Efek Indonesia

Cakrawalatoday.com — Tahun baru selalu membawa harapan baru, begitu pula dengan perkembangan pasar modal Indonesia. PT Bursa Efek Indonesia (BEI) terus menunjukkan performa yang positif, menjadi cerminan optimisme ekonomi nasional. Dari pencapaian rekor Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga pertumbuhan jumlah investor, sederet kabar baik datang dari BEI untuk menyambut tahun 2025.

BEI mencatat beberapa perkembangan signifikan dalam pasar saham Indonesia. Pada 2 Januari 2025, BEI mengadakan acara Pembukaan Perdagangan tahun 2025, menandai dimulainya aktivitas perdagangan untuk tahun tersebut. Sepanjang tahun 2024, pasar modal Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan. Pada 19 September 2024, IHSG mencapai rekor tertinggi pada posisi 7.905,39, sementara kapitalisasi pasar saham mencapai Rp12.000 triliun.

Selain itu, jumlah investor pasar modal terus meningkat, mencapai 14,8 juta investor pada Desember 2024. Peningkatan ini didukung oleh berbagai kegiatan edukasi pasar modal yang diadakan di seluruh Indonesia. Dengan pencapaian-pencapaian tersebut, BEI optimis dalam menghadapi tahun 2025 dan berkomitmen untuk terus membangun pasar modal yang terpercaya dan inklusif.

Setidaknya ada tiga poin yang dilakukan untuk meningkatkan kepercayaan investor berinvestasi di Indonesia. Pertama, ekonomi Indonesia tumbuh lebih kuat dibandingkan negara-negara lain di tengah tantangan global. Hal ini tercermin dalam pertumbuhan ekonomi sekitar 5% sepanjang tahun 2024. Kedua, pertumbuhan kinerja keuangan Perusahaan Tercatat yang positif. Ketiga, valuasi yang menarik dan rekomendasi kuat dari analis.

Per Desember 2024, jumlah perusahaan yang tercatat di BEI mencapai 943 perusahaan. Dari jumlah tersebut, BEI memiliki indeks harga saham salah satunya IDX80, yang terdiri atas 80 saham. Saham-saham ini adalah saham-saham yang dinilai memiliki valuasi yang kuat. Berdasarkan data terbaru pada awal tahun 2025, rata-rata 78,9% analis merekomendasikan untuk membeli dan 3,3% analis merekomendasikan untuk menjual saham-saham yang ada dalam semesta IDX80. Sementara itu, 17,7% analis lainnya merekomendasikan untuk mempertahankan saham dalam indeks IDX80.

Meski tahun ini dinilai penuh tantangan, terdapat sejumlah peluang signifikan bagi Indonesia. Di antaranya, perekonomian Indonesia tumbuh lebih kuat dibandingkan negara lain di tengah tantangan global. Hal ini tercermin dalam pertumbuhan ekonomi sekitar 5% sepanjang tahun 2024.

Kabinet pemerintah Indonesia yang diumumkan pada 20 Oktober 2024 memberikan optimisme bagi pelaku pasar yang tengah menunggu realisasi program-program pemerintah Presiden Prabowo. Terutama stimulus pertumbuhan ekonomi. Sementara dari global, The Fed telah memutuskan untuk kembali memangkas suku bunga sebesar 25 bps pada rapat bulan Desember. Oleh karena itu, The Fed telah memangkas suku bunga sebesar 100 bps sepanjang tahun 2024, dan diperkirakan akan memangkasnya lebih lanjut pada tahun 2025, sambil memantau target inflasi dan kondisi pasar tenaga kerja.

Jumlah investor pasar modal diperkirakan akan terus tumbuh. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap peningkatan likuiditas pasar dan pertumbuhan pasar modal secara umum. Faktor-faktor lain, termasuk pelaksanaan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UUP2SK) dan pengembangan lebih banyak produk investasi yang beragam, telah memberikan kontribusi positif terhadap iklim investasi di Indonesia.

Selain sejumlah peluang ini, ada tantangan yang harus dihadapi pelaku pasar modal. Kemenangan Donald Trump dalam pemilihan umum AS diperkirakan akan berdampak pada prospek ekonomi Indonesia dan pasar berkembang lainnya, terutama dalam kebijakan perdagangan, aliran modal, risiko inflasi, dan pergerakan mata uang yang fluktuatif.

Perekonomian China diperkirakan masih akan lebih rendah pada tahun 2025 akibat krisis ekonomi saat ini. Fenomena ini kemungkinan akan berdampak pada banyak negara, terutama Indonesia sebagai salah satu mitra dagang terbesar China. Volatilitas harga komoditas global ditambah dengan kontraksi permintaan global kemungkinan akan memberi tekanan lebih besar pada neraca perdagangan dan defisit neraca transaksi berjalan pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.

Ketegangan geopolitik yang terus-menerus antara negara-negara di Timur Tengah dan Eropa akan berdampak pada gangguan harga komoditas global. Sementara program pemerintah Indonesia yang baru bertujuan untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi sebesar 8%, hal ini dapat memberikan tekanan tambahan pada alokasi anggaran fiskal. Akibatnya, para pelaku pasar sedang menunggu implementasi program-program tersebut.

Secara keseluruhan, meskipun Indonesia menghadapi berbagai tantangan global dan domestik, potensi pertumbuhan ekonomi yang kuat tetap terlihat. Dengan kebijakan yang tepat, pengembangan sektor investasi yang berkelanjutan, dan program pemerintah yang berfokus pada stimulus ekonomi, Indonesia memiliki kesempatan untuk menjaga momentum positif. Oleh karena itu, pelaku pasar diharapkan tetap optimis dan proaktif dalam memanfaatkan peluang yang ada, sambil menantikan implementasi kebijakan yang dapat memberikan dampak positif jangka panjang bagi perekonomian Indonesia. *Rls

Back to top button