Berita FotoEkonomiRiau

Mandau bukan Sembarang Mandau, Ini Jenama Batik dari Riau

Narasi dan Foto: Abbas Abdurrahman

Cakrawalatoday.com – Mendengar Mandau, pikirin kita akan dibawa ke wilayah Kalimantan, menuju senjata khas andalan Suku Dayak yang bermukim di sana. Namun Mandau yang ini berbeda, ini adalah wilayah kecamatan di Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Daerah yang dikenal karena menjadi pusat produksi minyak bumi Blok Rokan, yang jumlahnya setara 25% produksi minyak nasional.

Nama Mandau kemudian dipilih menjadi jenama batik produksi anggota Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Kecamatan Mandau serta dari kelurahan setempat. Belum banyak memang yang bertransformasi menjadi pengrajin Batik Mandau, baru sepuluh orang. Merekalah yang bekerja dari Senin hingga Jumat di kantor PKK yang ‘disulap’ menjadi bengkel kerja, di area Perkantoran Kecamatan Mandau di Kota Duri. Belum memadai, sehingga mereka berharap mendapatkan tempat yang lebih luas dan selesa untuk dapat membatik lebih leluasa, menyelesaikan pesanan yang terus bertambah.

Haslinda terampil menoreh malam di lembaran kain bermotif pompa angguk. Ia dan dua pengrajin Batik Mandau awalnya dikirim untuk latihan membatik ke Yogyakarta. (Foto: Abbas Abdurrahman)

Sebagai batik dari wilayah kecamatan, Batik Mandau hadir dengan motif khas lokal. Sebagai wilayah penghadil minyak bumi, motif pompa angguk tentu menjadi andalan. Ada juga motif gajah, menyasar Gajah Sumatra yang masih cukp banyak di Kabupaten Bengkalis. Juga ada ‘Bengkalis Bermasa’ yang merupakan jargon dari visi Pemerintah Kabupaten Bengkalis yaitu ‘Bengkalis Bermarwah Maju dan Sejahtera’, motif yang banyak dicari aparatur sipil negara setempat.

Selain itu, terdapat motif-motif khas Melayu seperti adalah pucuk rebung, bunga melati, daun duri, bolu kemojo, ambang, Jimpul, dan lentik/lancip. “Saat ini ada tiga puluh motif,” ujar M Afridon ST MT, dosen Politeknik Negeri Bengkalis yang menjadi mitra pelaksana program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PT Pertamina Hulu Rokan PHR, Selasa (22/10/2024).

Afridon menceritakan, awalnya hanya ada tiga orang pembatik saja yang bergabung, yang kini sudah berkembang jadi 10 orang. Merekalah yang mengerjakan semua pesanan batik yang diorder pelanggan. Anggota PKK ini dikirim untuk belajar seni membatik ke Yogyakarta. Setelah selesai, mereka mengajarkan ilmu yang didapat kepada anggota PKK lainnya.

Dua pengrajin awal Batik Mandau, Eli dan Isna, tengah mewarnai motif daun. Eli mengaku pendapatan dari membatik dapat membantu kebutuhah rumah tangganya. (Foto: Abbas Abdurrahman)

Batik Mandau merupakan binaan PHR WK Rokan. Inisiatif PT Pertamina Hulu Rokan untuk mendukung dan membina Batik Mandau merupakan bagian dari komitmen yang lebih luas terhadap pengembangan komunitas dan pelestarian budaya lewat program TJSL.

“Selain berfokus pada operasi migas yang andal dan selamat, tentunya PHR juga menaruh perhatian serius terhadap pemberdayaan ekonomi masyarakat. Dalam hal ini kami berupaya memberikan dukungan terbaik bagi daerah melalui kreasi Batik Mandau. Diharapkan ini akan jadi ikon dan memperkenalkan keanekaragaman suku dan budaya, hingga operasi Migas yang dituangkan dalam corak batik tersebut,” kata Corporate Secretary PHR WK Rokan, Rudi Ariffianto, saat peringatan Hari Batik Nasional lalu.

Dua anggota temuda di jenama Batik Mandau, Yola dan Risa, dengan cekatan mewarnai motif Bengkalis Bermasa dan pompa angguk. Motof yang saat ini banyak dipesan ASN di Kabupaten Bengkalis. (Foto Abbas Abdurrahman)

“Lewat program pemberdayaan Batik Mandau ini, PHR turut serta dalam melestarikan batik sebagai ikon dan warisan budaya tersebut,” pungkas Rudi.

 

Tangan-Tangan Terlatih

Tangan kanan Haslinda (46) cekatan memegang canting menorahkan malam ke lembaran kain bermotif di hadapannya. Ia termasuk pembatik awal di kelompak ini, yang mahir membuat batik tulis. Sambil terus membatik ia mengisahkan masa awal kerajinan Batik Mandau.

Eli dan Isna memberikan waterglass untuk penguncian warna batik. Harus menunggu delapan jam sebelum kain dicuci agar lilinnya hilang. (Foto: Abbas Abdurrahman)

Haslinda bersyukur mendapat pelatihan bersama Tim PKK Kecamatan Mandau pada tahun 2021 silam. “Kami belajar membatik selama tiga bulan sampai bisa membatik seperti sekarang. Belajar dan berlatihnya di Solo, Blora sampai Kulon progo,” ungkapnya.

Di bagian lain ruang kerja mereka, Isna dan Eli sedang melakukan proses pewarnaan bada kain putih yang telah dicetak motif daun. Di sudut lain, Yola dan Risa juga terlihat asyik mewarnai motif ‘Bengkalis Bermasa’ dan pompa angguk.

Ada 30 motif cetak Batik Mandau saat ini. Terdapat motif pompa angguk dan Bengkalis Bermasa di antara motif-motif tradisional Melayu. (Foto: Abbas Abdurrahman)

Mereka dibagi kelompok-kelompok dengan dua anggota. Setiap kelompok bertanggungjawab menyelesaikan satu produk hingga selesai. Demikianlah pola kerja yang mereka terapkan saat ini. Dengan pola itu, mereka masih mampu menyelesaikan pesanan yang terus datang. **

 

 

Back to top button