Sekretariat Kabinet Republik Indonesia | Pernyataan Pers Bersama Presiden Republik Indonesia dan Perdana Menteri Australia, di Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, 6 Juni 2022

Yang terhormat Perdana Menteri Anthony Albanese.
Merupakan kehormatan bagi saya menerima kunjungan Perdana Menteri Australia yang baru, Bapak Anthony Albanese beserta delegasi.
Saya bergembira bahwa Indonesia menjadi tujuan yang pertama kunjungan bilateral Perdana Menteri Albanese, setelah dua minggu yang lalu dilantik sebagai Perdana Menteri Australia ke-31. Hal ini menunjukkan kedekatan antara pemerintah dan masyarakat kedua negara.
Perdana Menteri Albanese bukan orang baru bagi saya, kita pernah bertemu di tahun 2020, dan Indonesia juga menjadi negara pertama yang dikunjungi pada saat beliau terpilih sebagai Ketua Oposisi di tahun 2019. Jumat lalu, kita juga melakukan pembicaraan per telepon. Indonesia dan Australia telah memiliki dua fondasi kuat dalam hubungan bilateral, yaitu kemitraan strategis komprehensif yang dimiliki sejak 2018 dan Indonesia-Australia CEPA (IA-CEPA) yang sudah mulai berlaku di tahun 2020. Dua fondasi ini sangat penting bagi kedua negara untuk terus memperkokoh kerja sama bilateral yang saling menguntungkan. Dalam pertemuan bilateral tadi kita membahas dua isu besar, yaitu upaya memperkuat kerja sama bilateral dan saling tukar pendapat mengenai berbagai isu di kawasan dan dunia.
Mengenai isu-isu bilateral, kita lebih fokus berbicara mengenai kerja sama ekonomi. Beberapa hal yang saya sampaikan, pertama, saya menyampaikan pentingnya perluasan akses ekspor produk Indonesia dengan nilai tambah tinggi ke Australia, misalnya otomotif. Ekspor perdana mobil CBU (completely built up) buatan Indonesia ke Australia telah dimulai di bulan Februari yang lalu dan saya mengharapkan akses ekspor seperti ini akan terus terbuka.
Yang kedua, saya mengharapkan implementasi IA-CEPA, terutama terkait kesempatan WNI (Warga Negara Indonesia) untuk bekerja di Australia dapat ditingkatkan, termasuk penambahan kuota Working Holiday Visa menjadi lima ribu peserta per tahun.
Yang ketiga, saya menyambut baik kerja sama di bidang pendidikan dan kesehatan. Pembukaan kampus Monash University di BSD diharapkan meningkatkan investasi Australia bagi pengembangan SDM (sumber daya manusia) berketerampilan tinggi di Indonesia. Saya juga mengapresiasi investasi Aspen Medical untuk membangun 23 rumah sakit dan 650 klinik di Provinsi Jawa Barat, senilai USD 1 miliar selama 20 tahun.
Yang keempat, penting bagi kita untuk memperkuat ketahanan pangan. Kita membahas upaya menjaga keberlanjutan rantai pasok pangan, termasuk gandum, di tengah situasi dunia yang sangat sulit ini. Kerja sama peningkatan kapasitas di bidang food processing, food innovation, dan rantai pasok, penting untuk diperkuat. Saya juga menekankan pentingnya MoU (Memorandum of Understanding) pertanian antara kedua negara segera diimplementasikan.
Kelima, pentingnya penguatan kerja sama energi dan perubahan iklim. Saya menyambut baik inisiatif PM Albanese terkait kemitraan infrastruktur dan ketahanan iklim Republik Indonesia-Australia dengan dana hibah awal sebesar AUD 200 juta. Saya juga menyambut baik komitmen investasi Fortescue Metals Group di bidang hydropower dan geotermal senilai USD 10 miliar, dan Sun Cable di bidang energi senilai USD 1,5 miliar.
Untuk isu kawasan dan dunia, kita antara lain melakukan tukar pikiran mengenai perang di Ukraina, kerja sama Indo-Pasifik dan penguatan kemitraan pembangunan di Pasifik.
Secara umum, saya menyampaikan kembali posisi konsisten Indonesia bahwa hubungan baik kedua negara dapat memberikan kontribusi bagi perdamaian dan kemakmuran kawasan. Untuk itu, prinsip-prinsip dan hukum internasional harus dipatuhi secara konsisten. Strategic competition di kawasan perlu dikelola dengan baik untuk menghindari terjadinya konflik terbuka. Budaya damai dan strategic trust perlu terus diperkuat. Kita juga sepakat untuk memperkuat kemitraan di Pasifik, terutama di bidang iklim, perikanan, dan pertanian.
Terakhir, saya berharap Perdana Menteri Albanese dapat hadir dalam KTT G20 di bulan November, di Bali.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Sekarang saya mengundang Yang Terhormat Perdana Menteri Albanese untuk menyampaikan pandangannya.
Terima kasih.


