LRT Jabodebek Karya Anak Bangsa Yang Menjadi “Quantum” (Lompatan) Teknologi di Indonesia
Oleh: M. Faisal Yusuf, S.IP., M.Si.*)
Masyarakat luas di Indonesia khususnya di sekitar wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi (Jabodebek) telah lama menantikan beroperasinya Light Rail Transit (LRT) Jabodebek, ditambah lagi sudah lama terlihat konstruksi bangunan LRT sudah jadi dan beberapa rangkaian LRT sudah berjalan mondar-mandir di jalur lintasan elevated mulai dari Stasiun (St.) Harjamukti-Cibubur, St. Cawang, St. Dukuh Atas sampai St. Bekasi Timur.
Nah, kapan kita dapat menaiki LRT Jabodebek canggih yang beroperasi secara driverless tanpa seorang masinis dan merupakan produksi buatan Indonesia tersebut?
Sebelum menjelaskan kapan beroperasinya, maka perlu diceritakan sedikit ke belakang (flashback) mengenai LRT Jabodebek ini.
Flashback Quantum (lompatan) teknologi di Indonesia?
Apakah masih ingat atau mengetahui peristiwa dulu saat peluncuran Satelit PALAPA pada 9 Juli 1976 yang menjadi momen tonggak kemajuan teknologi komunikasi dan informasi di Indonesia dan kemudian diperingati sebagai Hari Satelit Palapa, peluncuran satelit itu dilakukan dengan roket Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). Indonesia menjadi negara keempat yang telah memiliki satelit sendiri. Sebelumnya ada Rusia, Kanada, dan Amerika Serikat. Indonesia pun menjadi negara pertama di kawasan Asia Tenggara yang memiliki dan mengoperasikan sendiri satelit komunikasi domestik.
Lalu, di bidang dirgantara saat penerbangan perdana pesawat pertama Pesawat N250 buatan anak bangsa di Bandara Husein Sastranegara pada 10 Agustus 1995 di Bandung. Pesawat N250 merupakan pesawat pertama yang diproduksi Indonesia dan dirancang oleh mantan Presiden Republik Indonesia Ke-3 (Prof. BJ Habibie). Pesawat ini diproduksi oleh IPTN (Industri Pesawat Terbang Nusantara), saat ini IPTN berubah menjadi PT Dirgantara Indonesia/PTDI. Pesawat penumpang sipil N-250 tersebut dibuat untuk mengangkut penumpang dengan kapasitas 50 sampai 70 penumpang.
Dan tak lama lagi kita akan menyaksikan lompatan teknologi lagi yaitu LRT Jabodebek yang merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) dengan total investasi Rp32.5 triliun, memiliki panjang total 42,1 kilometer yang diproduksi karya anak bangsa.
Peletakan batu pertamanya (groundbreaking) LRT Jabodebek dilakukan pada tanggal 9 September 2015 oleh Presiden Jokowi. Tahap pertama LRT Jabodebek terdiri atas tiga lintas pelayanan, yaitu lintas pelayanan Cawang–Cibubur, Cawang–Dukuh Atas, dan Cawang–Bekasi Timur dan pembangunan tahap selanjutnya untuk lintas pelayanan Dukuh Atas–Palmerah–Senayan dan pembangunan Cibubur–Bogor serta Palmerah–Grogol.
Dalam peninjauan ke Stasiun LRT TMII dan Stasiun Harjamukti, Cibubur pada tanggal 09 Juni 2021, Presiden menyampaikan agar pada saat nanti beroperasi, LRT dapat diintegrasikan dengan moda transportasi umum lainnya seperti transJakarta, commuterline, MRT hingga yang terbaru kereta cepat Jakarta-Bandung.
Dalam rangka memenuhi komponen dalam negeri dengan ekosistem industri kereta api nasional bagi LRT Jabodebek telah di kedepankan sinergi antara BUMN dan perusahaan lokal, design, engineering, dan manufaktur sarana LRT Jabodebek dikerjakan oleh PT INKA (Persero) dan bekerjasama dengan industri dalam negeri lainnya seperti PT. LEN Industri (Persero) serta berkolaborasi dengan perusahan top multinasional di bidang teknologi dunia untuk mendukung sistem persinyalan dan memastikan bekerjanya Operation Control Centre (OCC) LRT Jabodebek. Pusat operasi dan kontrol ini menggunakan perangkat teknologi tinggi untuk mendukung sistem operasi dan persinyalan LRT Jabodebek secara maksimal. OCC dimaksud berfungsi sebagai monitoring sistem persinyalan, power system, dan pusat telekomunikasi berbasis CCTV.
Dari sisi struktur bangunan Museum Rekor Indonesia (MURI) beberapa saat lalu telah memberikan catatan rekor MURI kepada PT Adhi Karya Tbk. yang telah mencatatkan rekor baru atas dua rekor MURI pada proyek LRT Jabodebek yaitu pertama untuk pembangunan kereta box beton lengkung bentang long span yang berada di Jalan Rasuna Said dan di Jalan Gatot Subroto, Kuningan dengan bentang terpanjang membentang 148 meter dengan radius lengkung 115 meter yang menggunakan beton seberat 9.688,8 ton dan kedua rekor pengujian axial statistic loading test pada pondasi bored pile dengan beban terbesar di Indonesia. Sementara perancang jembatannya yaitu Sdri. Arvilla Delitriana beserta Tim dari Institut Teknologi Bandung (ITB) berhak mendapat Hak Intelektual atau paten atas Properti Jembatan lengkung tersebut.
Dasar Hukum
Pembangunan LRT Jabodebek sendiri didasarkan oleh Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 98 Tahun 2015 tentang Percepatan Penyelenggaraan Kereta Api Ringan/Light Rail Transit Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi. Perpres ini mengatur bahwa pembangunan LRT Jabodebek akan dilakukan oleh PT Adhi Karya Tbk.
Pada tahun 2016, Perpres tersebut diubah melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 65 Tahun 2016, pada perubahan ini, PT Adhi Karya Tbk. ditugaskan untuk membangun prasarana depo, dari yang sebelumnya hanya konstruksi jalur layang, stasiun, dan fasilitas operasi. Metode pembangunan menggunakan pola design and built serta menggunakan lebar sepur standar ukuran 1.435 milimeter dan Perpres ini juga menunjuk PT Kereta Api Indonesia sebagai operator LRT Jabodebek.
PT KAI ditugaskan sebagai penyelenggara sarana yang terdiri atas pengadaan sarana, pengoperasian sarana, perawatan sarana, dan pengusahaan sarana, penyelenggaraan sistem tiket otomatis dan menyelenggarakan pengoperasian dan perawatan prasarana. PT KAI juga diperbolehkan untuk bekerja sama dengan badan usaha lain untuk menyelenggarakan integrasi LRT Jabodebek dengan moda lainnya.
Perpres tersebut diubah kembali dengan Perpres Nomor 49 Tahun 2017. Perubahan ini mendasarkan pada perubahan skema pendanaan LRT Jabodebek. Pendanaan proyek LRT tidak lagi menggunakan APBN. PT KAI selaku operator LRT menjadi investor utama dan mencari pendanaan untuk LRT Jabodebek. Meskipun begitu, negara memberikan Penyertaan Modal Negara (PMN) kepada PT KAI dan PT Adhi Karya Tbk.
Kehadiran LRT Jabodebek membawa banyak manfaat bagi masyarakat dan pemerintah, antara lain:
1. Tersedianya alternatif moda transportasi masal yang lebih efisien dan modern;
2. Perbaikan kinerja sistem jaringan transportasi;
3. Berkurangnya kemacetan, emisi, penggunaan BBM dan penghematan waktu perjalanan;
4. Tersedianya lapangan pekerjaan baik pada saat pembangunan proyek maupun saat pengoperasian;
5. Potensi pengembangan kawasan baru/pertumbuhan ekonomi di sekitar stasiun;
6. Menumbuhkan peluang usaha khususnya UMKM yang dapat menimbulkan multiplier effect;
7. Menambah image positif Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang mengoperasikan LRT berbasis teknologi Grade Of Automation (GOA) level 3;
8. Pemerataan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar DKI Jakarta dan Jawa Barat; dan
9. Potensi penerimaan negara baik langsung maupun tidak langsung.
LRT Jabodebek direncanakan untuk uji coba tanpa penumpang pada Desember 2022 dan beroperasi komersial pada semester I tahun 2023. LRT Jabodebek akan menggunakan teknologi terbaru berupa sistem Communication-Based Train Control (CBTC) dengan Grade of Automation (GoA) level 3 yaitu tingkat otomasi operasional di mana pengoperasian kereta dapat dilakukan tanpa masinis. Namun, petugas operasional masih perlu bertugas di dalam kereta untuk menangani kondisi darurat dan melayani pelanggan.
Progres Pembangunan
Total progres konstruksi sampai dengan Juni 2022 telah mencapai 96,87 persen dengan rincian sebagai berikut:
1. lintas pelayanan Cawang-Cibubur (Cawang, Taman Mini Indonesia Indah, Kampung Rambutan, Ciracas, dan Harjamukti Cibubur) mencapai 98,20 persen dengan panjang trase 14,5 kilometer;
2. lintas Cawang-Bekasi Timur (Jatimulya, Bekasi Barat, Cikunir 2, Cikunir 1, Jatibening baru, dan Cawang) mencapai 97,98 persen dengan panjang trase 18,5 kilometer;
3. lintas Cawang-Dukuh Atas (Cawang, Ciliwung, Cikoko, Pancoran, Kuningan, Rasuna Said, Setiabudi, dan Dukuh Atas) mencapai 94,41 persen dengan panjang trase 11,5 kilometer; dan
4. depo progress mencapai 77,81%.
Total progress kesiapan operasi (penyiapan SDM, prosedur operasi dan perawatan, OEM obligation, logistik, test & commissioning, time table & skenario operasi) sampai dengan Juni 2022 telah mencapai 31,90 persen.
Rencana Operasi
1. Akan dioperasikan 27 trainset LRT Jabodebek per hari (1 trainset terdiri dari 6 unit kereta).
2. 1 trainset berkapasitas 740 pelanggan dengan konfigurasi 174 duduk dan 566 berdiri. Dalam kondisi padat, LRT Jabodebek dapat menampung 1.308 pelanggan.
3. Akan terdapat 560 perjalanan yang akan melayani 114 ribu pelanggan per hari
4. Tarifnya sekitar Rp15 ribu.
Tantangan Operasi LRT Jabodebek ke depan
Pengoperasian LRT Jabodebek sangat diperlukan dukungan dari pemerintah daerah (pemda) sekitarnya di mana LRT Jabodebek sebagai angkutan umum massal berbasis rel diharapkan dapat meningkatkan perpindahan pengguna kendaraan pribadi ke angkutan umum massal berada terkait untuk pengembangan aksesibilitas dan konektivitas stasiun LRT Jabodebek, antara lain berupa:
1. Penyediaan fasilitas park and ride;
2. Rerouting angkutan umum eksisting;
3. Diperlukan pembangunan halte tempat pemberhentian angkutan umum di Stasiun LRT;
4. Penyediaan akses atau pelebaran jalan di sekitar stasiun LRT;
5. Integrasi sistem pembayaran LRT Jabodebek dengan moda lainnya (Transjakarta & Jak Lingko).
6. Menumbuhkan ekonomi pada daerah sekitar sepanjang Stasiun, sekitar titik stasiun dan Transit Oriented Development (TOD).
7. Mendorong sinergi antar BUMN dan Pemda untuk dapat merealisasikan integrasi kawasan TOD di stasiun stasiun LRT Jabodebek.
8. Diperlukan dukungan subsidi dari pemerintah daerah terhadap tarif LRT Jabodebek agar dapat dijangkau oleh masyarakat dalam rangka penyelenggaraan Kewajiban Pelayanan Publik/Public Services Obligation.
*) Kepala Bidang Perhubungan Darat dan Perkeretaapian, Asisten Deputi Bidang Perhubungan dan Pekerjaan Umum, Deputi Bidang Kemaritiman dan Investasi, Sekretariat Kabinet