Pemimpin dalam Persfektif Orang Melayu (Bagian 3-Selesai)
Oleh: Amrizal
[10]. Pemimpin Harus Banyak TaatnyaTaat dan takwa kepada Allah
Taat kepada janji dan sumpah
Taat memegang petua amanah
Taat memegang suruh dan teguh
Taat kepada putusan musyawarah
Taat memelihara tuah dan meruah
Taat membela negeri dan rakyatnya
Ketaatan bukan hanya kewajiban rakyat terhadap pemimpinnya tapi juga harus dimiliki oleh seorang pemimpin itu sendiri. Budaya politik Melayu menekankan pentingnya hubungan timbal balik yang baik antara pemimpin dan yang dipimpin. Rakyat wajib menaati pemimpin, begitu pula sebaliknya. Penguasa harus menaati suara rakyat. Ia tak boleh mengabaikan aspirasi warganya, terlebih apabila suara itu adalah keputusan musyawarah. Ia harus taat pada kewajibannya untuk membela negara dan rakyatnya. Selain itu, yang paling penting juga adalah bahwa ia harus taat pada Tuhan, karena bagaimanapun ia adalah hamba Tuhan di muka bumi.
[11]. Pemimpin Harus Mulia DuduknyaDuduk mufakat menjunjung adat
Duduk bersama berlapang dada
Duduk berkawan tak tenggang rasa
Sikap dan sifat yang baik harus menjadi identitas seorang pemimpin. Kelakuan sehari-hari sang pemimpin mampu mencerminkan kepribadian yang baik. Inilah yang dimaksud dengan ungkapan di atas, bahwa seorang pemimpin harus memiliki tingkah laku yang baik sehingga tidak kehilangan kewibawaannya. Ia harus bersama-sama rakyat untuk menjunjung adat tanpa adanya perbedaan kewajiban.
Kedudukannya sebagai pemimpin tak mengurangi sedikit pun untuk selalu menjunjung adatnya. Ia juga harus sering duduk bersama rakyatnya, dengan segala kebesaran hatinya mau menghilangkan kesombongan dan bersedia mendengarkan keluh kesah dari rakyatnya, sehingga akhirnya mampu bertenggang rasa. Kewibawaan akhirnya menjadi penilaian apakah ia seorang pemimpin yang baik atau buruk.
[12]. Pemimpin Harus Banyak SadarnyaMemimpin sedar yang ia pimpin
Mengajar sedar yang ia ajar
Memerintah sedar yang ia perintah
Menyuruh sedar yang ia suruh
Tidak sedikit pemimpin di banyak negeri kerap menggunakan kekuasaannya dengan sewenang-wenang. Kesewenang-wenangan di sini tak hanya merujuk pada perbuatan yang menjurus pada pelampiasan ambisi pribadi, melainkan kesalahan dalam mengambil keputusan yang akhirnya menyusahkan rakyatnya. Banyak pemimpin yang tak mampu membaca situasi dan tak mengerti keadaan yang pasti, akhirnya terjerumus dalam persoalan yang lebih parah. Maka dari itu, seorang pemimpin harus benar-benar sadar apa yang ia lakukan, sadar tentang alasan dalam melakukannya, dan yang paling penting adalah sadar akan akibatnya.
[13]. Pemimpin Harus Banyak TidaknyaMerendah tidak membuang meruah
Meninggi tidak membuang budi
Sayang tidak akan membinasakan
Kasih tidak merusakkan
Baik tidak mencelakakan
Elok tidak membutakan
Buruk tidak memuakkan
Jauh tidak melupakan
Dekat tidak bersinggungan
Petua tidak menyesatkan
Amanah tidak mengelirukan
Berbagai pantangan harus dihindari demi sempurnanya pelaksanaan suatu kewajiban. Seorang pemimpin haruslah selalu memegang teguh kebaikan dan menghindari keburukan yang dapat merugikan rakyatnya. Pepatah lama mengatakan:
“Sifat elok sama dipegang, sifat buruk sama dipantang. Elok dipegang, buruk dibuang.”
Itu artinya seorang pemimpin haruslah hanya berpegang pada sifat-sifat yang baik dan benar saja dan harus membuang jauh-jauh sifat-sifat yang buruk.
Demikian beberapa kreteria pemimpin yang dirumuskan oleh para tetua Melayu kita dahulu yang arif dan bijaksana. semoga kita mendapatkan pemimpin sebagaimana dimaksud. tidak pun sepenuhnya kreteria itu ada paling tidak sebagiannya. Wallah A’lam***
Penulis adalah Ketua MUI Kabupaten Bengkalis, Riau.