Gus Sholah Wafat, 5 Hal Berikut Bisa Diteladani Anak Muda dari Beliau
CAKRAWALATODAY.COM – KH Dr Ir Salahuddin Wahid atau Gus Sholah meninggal dunia pada Ahad (2/2/2020) malam. Putranya Ipang Wahid menyampaikan, adik kandung Presiden ke-4 RI KH Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu wafat di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Jakarta.
Gus Sholah dikenal sebagai ulama, politikus, sekaligus akademisi terkemuka di Indonesia. Tokoh bangsa yang meninggal dunia di usia 77 tahun itu merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur.
Semasa hidupnya, Gus Sholah pernah menjabat sebagai Ketua MPP Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) periode 2000-2005, Wakil Ketua II Komnas HAM pada periode 2001 dan anggota MPR RI pada 1998. Gus Sholah juga pernah menjadi calon wakil presiden dari Capres Wiranto yang diusung Partai Golkar pada 2004.
Kepergiannya untuk selamanya membuat Indonesia berduka. Hal itu karena Gus Sholah sosok cendekiawan yang prinsipnya dalam menjalani kehidupan menginspirasi dan patut diteladani. Berikut ini hal-hal yang bisa diteladani kamu para anak muda dari Gus Sholah, dikutip dari detikcom:
Gigih Menjaga Persatuan Bangsa
Presiden Jokowi menyampaikan rasa duka cita mendalamnya atas meninggalnya Gus Sholah. Jokowi memiliki kenangan tersendiri atas kiprah almarhum semasa hidup. Presiden ke-7 RI itu mengatakan Gus Sholah akan selalu dikenang sebagai tokoh yang gigih menjaga dan merawat persatuan bangsa.
“Beliau banyak menyampaikan mengenai keislaman dan keindonesiaan. Saya kira hal-hal yang berkaitan dengan Islam dan kebangsaan sering disampaikan beliau kepada saya,” kata Presiden.
Hidup Sederhana
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengenang sosok KH Salahuddin Wahid atau Gus Sholah sebagai pribadi yang berakhlak mulia, memiliki pembawaan tenang, dan sangat sederhana. “Gus Sholah pribadi yang sangat sederhana. Enggak glamor, enggak mewah, sangat sederhana,” kata Kiai Said seperti dikutip dari situs NU.
Menurut Kiai Said, kemajuan Pesantren Tebuireng Jombang, Jawa Timur tidak bisa dilepaskan dari Gus Sholah. Dalam hidupnya, Gus Sholah memiliki perhatian bagaimana mengembangkan pesantren yang didirikan oleh kakeknyq, Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari itu. “Semua perjuangannya, pemikirannya, upayanya untuk Pesantren Tebuireng, bukan untuk pribadinya,” ucapnya.
Bersahaja
Populer dan memiliki jabatan penting, Gus Sholah dikenal selalu bersahaja dan tidak sombong. Salah satu kisah betapa Gus Sholah sosok yang baik hati dan tidak memandang seseorang berdasarkan status sosialnya ini disampaikan tokoh Golkar Jawa Timur Zahrul Azhar Asad atau dikenal dengan nama Gus Han.
Gus Han berkisah, dia ingat pada suatu hari hendak mengadakan tasyakuran kecil-kecilan di rumah. Saat itu BBM masih banyak dipakai dan belum ada WhatsApp.
“Saya mencoba membuat undangan tanpa kertas, maka saya pun membroadcast cukup melalui media BBM, dan salah satu yang saya share adalah Gus Sholah. Pikir saya yang penting doanya dari apa yang saya maksudkan, itu sudah Alhamdulillah. Tapi ternyata di luar dugaan beliau berkenan hadir ke rumah bersama Bu Nyai dalam acara tasyakuran kecil-kecilan tersebut,” ungkapnya.
Toleransi
Gus Sholah dikenal sebagai tokoh bangsa yang selalu menjunjung toleransi. Dia pernah mengatakan apapun masalah yang kini dihadapi bangsa Indonesia, rasa toleransi antar sesama tidak boleh dilupakan.
“Intinya adalah toleransi, jangan lakukan sesuatu pada orang lain yang tidak ingin kita lakukan pada diri kita sendiri, begitu,” ujar Gus Sholah pada Agustus 2017.
Gus Sholah juga pernah mengingatkan umat muslim untuk tidak dengan mudah melabeli seseorang munafik. “Yang berhak menghakimi itu Allah. Kalau anda membuat pendapat seperti itu untuk diri anda sendiri saya setuju. Tapi kalau untuk orang lain saya tidak setuju. Anda tidak mempunyai hak untuk menghakimi orang lain,” ujar mantan Ketua PBNU itu.
Berpikir Maju ke Depan
Gue Sholah yang sempat aktif di Twitter dengan nama akun @Gus_Sholah itu merupakan pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jawa Timur yang selalu berusaha berpikir maju ke depan dalam mengembangkan kemampuan dan ilmu anak-anak didiknya. Hal ini pun terungkap dalam kenangan Sandiaga Uno mengenai sosok Gus Sholah.
“Beliau ingin agar santri bisa menghadapi perkembangan zaman revolusi industri khususnya di bidang kewirausahaan, sehingga beliau mengundang kami untuk memberikan materi dan kerja sama jangka panjang agar santri dididik menjadi santripreneur, sehingga bisa jadi santri mandiri dan bisa membuka kerja bukan mencari lapangan kerja,” urai Sandiaga saat melayat di RS Harapan Kita
Jenazah Gus Sholah rencananya akan dimakamkan di sebelah ayahnya. Makam keluarga Pesantren Tebuireng itu berada di belakang masjid pondok. Jenazah Gus Sholah dibawa ke Jombang dengan pesawat dari Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta.**